Thursday, 04 November 2010 | |
YOGYAKARTA (SINDO) – Gunung Merapi kemarin mengeluarkan energi terbesar sejak meletus pada 26 Oktober lalu.Zona bahaya yang awalnya 10 km dari puncak,mulai pukul 16.05 WIB kemarin, diperluas sampai 15 km. GUNUNG di perbatasan Jateng- DIY ini kemarin meluncurkan awan panas secara beruntun dari pukul 14.44 hingga 16.23 WIB. Energinya tiga kali lipat dibanding erupsi pertama.Luncuran awan panas dilaporkan sampai sejauh 9 km dari puncak. “Tadi (kemarin) awan panas meluncur tiada henti selama 1,5 jam. Bayangkan saja, awan panas selama 33 menit saja dampaknya sudah luar biasa (pada letusan 26 Oktober), apalagi awan panas selama 1,5 jam,”kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Kementerian ESDM Surono di Yogyakarta tadi malam. Surono menyebutkan, awan panas selama 1,5 jam tanpa henti tersebut paling lama dari yang tercatat sejak Merapi meletus. Sebelum letusan kemarin, lava pijar sudah mulai muncul yang sebenarnya adalah pertanda baik.Tetapi, kenyataannya justru kembali muncul awan panas yang jauh lebih besar. “Ini menandakan energi yang tersimpan di Merapi sangat besar sekali.Ini adalah rekor Merapi atau mungkin gunung berapi lain, sebelumnya belum pernah ada,” ujarnya. Surono menjelaskan, kronologi Merapi yang terpantau sampai tadi malam menunjukkan, pada pukul 11.11–13.19 WIB muncul awan panas beruntun dengan durasi maksimal dua menit. Pukul 13.27–13.30 WIB terjadi gempa vulkanik dangkal sampai dua kali.Pukul 14.00–14.03 WIB terjadi guguran beruntun sebanyak empat kali. Pukul 14.04– 14.27 WIB terjadi rentetan awan panas dengan durasi maksimal lima menit, jarak luncur awan panas 7 km.“Nah, ini mulai pukul 14.44 terjadi awan panas besar selama 1,5 jam,”tegasnya. Dia mengatakan, aktivitas Merapi mulai mereda pada pukul 16.23 WIB. Namun, pada pukul 17.30 WIB awan panas kembali meluncur bahkan mencapai radius 9 km ke alur Kali Gendol. Hingga pukul 21.40 WIB tadi malam, luncuran awan panas belum berhenti. “Petugas di empat pos pemantauan Merapi (Kaliurang, Jrakah, Selo, dan Babadan) kami tarik, kecuali Pos Ngepos.Mulaipukul16.05 WIBkami rekomendasikan memperluas zona aman sejauh 15 km, sebelumnya hanya 10 km,”ungkapnya. Aktivitas Merapi yang meningkat luar biasa itu membuat alat seismograf di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mengalami over scale.Biasanya jumlah awan panas bisa dihitung dan disajikan dengan angka-angka namun kemarin hanya ditunjukkan dengan kata “beruntun”. Aktivitas Merapi kemarin tak pelak membuat panik warga, khususnya yang berada di pengungsian. Mereka terpaksa harus turun untuk menghindari awan panas. Di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, dilaporkan tiga rumah terbakar akibat terjangan awan panas.“Warga yang mengungsi memang harus turun menjauh maksimal 15 km dari Merapi,”kata Surono. Kepanikan juga terjadi di Kabupaten Klaten. Penduduk yang berada di Desa Talun, Sorowono, Panggang, Kendalsari, dan Telogoweru mendadak mengungsi. “Desa-desa tersebut berjarak sekitar 7 kilometer dari Merapi. Penduduk sudah mengungsi,”kata Sekretaris Umum SAR Kabupaten Klaten Deni Nurdin kepada Kantor BPPTKYogyakarta tadi malam. Deni mengatakan, di beberapa desa tersebut juga terjadi hujan abu vulkanik. “Pohon-pohon banyak yang roboh. Padahal, desadesa tersebut terletak di luar arus Kali Woro yang berhulu dari Merapi. Kami belum mendapatkan laporan korban.Semoga tidak ada korban jiwa,”ungkapnya. Sementara, Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto melaporkan kepada BPPTK Yogyakarta bahwa empat sungai yang berhulu di Merapi yakni Sungai Gendol,Opak, Kuning, dan Boyong mengalami banjir lahar dingin setelah puncak Merapi diguyur hujan lebat. Menurut dia, banjir lahar Gunung Merapi di Sungai Gendol mulai terlihat sejak pukul 17.00 WIB dengan menghanyutkan material Gunung Merapi. “Di bagian atas sungai banjir lahar masih panas dan mengeluarkan asap,”katanya. Sirine Tanda Bahaya Kepanikan tampak di sepanjang jalan Kaliurang. Raungan sirene tanda bahaya terus terdengar, bersautan dengan bunyi klakson kendaraan warga yang sedang menyelamatkan diri. Masyarakat mulai meninggalkan daerah puncak menuju arah Pakem. Bau menyengat belerang tercium di mana-mana. Suasana makin mencekam karena kondisi Merapi tertutup kabut gelap dan hujan deras mendera kawasan Merapi hinggaYogyakarta. Warga yang tinggal di posko pengungsian berlarian. Bahkan, warga yang selama ini di luar daerah rawan bencana juga ikut panik. Mereka berbondong-bondong naik motor atau truk untuk menyelamatkan diri. Selain awan panas, erupsi kali ini disertai semburan debu yang tebal. Semburan awan panas dan debu itu mengarah ke segala arah. Pada saat bersamaan tim search and rescue (SAR) dan tim relawan berusaha mengevakuasi warga yang masih berada di kawasan rawan bencana. Tim relawan dibantu oleh tim SAR yang merupakan warga setempat.Warga yang berkumpul di tempat tertentu kemudian dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Belum diketahui pasti apakah masih ada warga yang terjebak di kawasan rawan bencana. Kepanikan tampak di barak pengungsian Kepuharjo, Cangkringan. Awan panas terlihat mengarah ke barak pengungsi yang berada di radius I atau 10 km dari puncak Merapi.Ribuan pengungsi di tempat ini berhamburan keluar. Mereka panik dan berusaha menyelamatkan diri menggunakan motor atau naik truk.Pengungsi di barak Kepuharjo pun akhirnya direlokasi ke barak Wukirharjo yang beradius 15 km dari puncak Merapi.“Awalnya awan panas tertutup awan putih.Tiba-tiba muncul di hadapan. Pengungsi kocar-kacir., begitu juga relawan dan TNI,” ujar petugas jaga pengungsian Kepuharjo,Sertu Saipudin. Lahar Dingin Sementara itu, hujan deras yang turun mengguyur kawasan Merapi sejak pukul 13.00 WIB membuat guguran material lava mengalir ke sejumlah aliran sungai. Aliran material vulkanik yang sudah menjadi lahar dingin ini mengalir ke sungai yang berhulu di Merapi. Warga berbondong-bondong untuk menyaksikan lahar dingin tersebut. Khususnya ke jembatan Kali Kuning, dam Umbulharjo, Cangkringan. Dari tempat ini, dapat terlihat dengan jelas lahar dingin disertai material dan pohon tumbang mengalir deras. Petugas SAR dan kepolisian akhirnya harus menertibkan warga yang berada di atas jembatan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi jarak Kali Kuning dengan puncak Merapi hanya 7 km,sehingga dengan posisi yang cukup dekat ini tempat tersebut masuk KRB II. “Ayo segera tinggalkan tempat ini, sangat berbahaya,” teriak petugas yang meminta warga segera meninggalkan tempat tersebut. Diperoleh informasi, selain menerjang Kali Kuning, lahar dingin juga mengaliri Kali Gendol, Kali Woro, Kali Boyong, Kali Krasak, Kali Opak,dan sungai lainnya. Hal ini wajar karena erupsi Merapi kali ini mengarah ke segala penjuru. Ketika hujan turun otomatis material serta abu vulkanik terbawa ke aliran sungai. Sebelumnya Kepala PVMBG Surono sudah mengingatkan warga agar tidak mendekati aliran sungai yang berhulu dari Merapi. “Setelah erupsi, ada dua ancaman ke depan, yaitu awan panas dan lahar dingin. Karena itu,warga jangan dulu mendekat dan beraktivitas di sungai-sungai yang berhulu dari Merapi,”pinta Surono. Surono menjelaskan, potensi guguran lava pijar Gunung Merapi akan semakin sering terjadi seiring dengan terbentuknya kubah lava baru yang terjadi pascaletusan gunung ini. Guguran lava pijar akan lebih sering terjadi karena posisi kubah lava berada di dalam kawah baru yang sistemnya terbuka. “Dengan posisi kubah lava ini, hal yang perlu diwaspadai adalah material awan panas akan makin sering turun termasuk banyaknya abu vulkanik yang tidak langsung terasa tetapi cukup berbahaya bagi kesehatan,” jelasnya. Kunjungan Presiden Kemarin,Presiden Susilo Bambang Yudhonono (SBY) mengunjungi lokasi pengungsian korban letusan Merapi di Pakem, Sleman. Presiden meminta pemerintah daerah untuk segera memikirkan nasib para korban bencana Gunung Merapi, termasuk relokasi jika diperlukan. Relokasi akan didukung penuh oleh pemerintah pusat dengan mengucurkan dana baik APBD maupun APBN. “Namun, relokasi pascarekonstruksi dan stabilitasi ini haruslah dilakukan dengan pendekatan sosial secara tepat,”kata SBY. SBY menjanjikan kepada para pengungsi adanya rehabilitasi bagi desa yang wilayahnya diterjang awan panas Merapi.Selain itu,Presiden mengimbau kepada para pengungsi agar lebih bersabar untuk tinggal di penampungan dan menuruti apa yang telah dikemukakan oleh pihak berwenang tentang keadaan Merapi. Selama di Purwobinangun, SBY berkeliling ke tenda-tenda para pengungsi serta menilik posko kesehatan. Saat berada di dapur umum,Presiden sempat mencicipi nasi bungkus yang dibuat para ibuibu tersebut. “Eco sanget. Nanging, sekulipun dipun tambah (enak sekali, tetapi kalau bisa nasinya bisa ditambah). Biar para pengungsi kenyang,” kata Presiden seusai mencicipi nasi bungkus itu. Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, untuk merelokasi warga DIY yang ada di lereng Gunung Merapi, perlu dialog yang panjang. Sebab, relokasi hanya bisa dilakukan jika masyarakat mau turun dengan sendirinya tanpa paksaan pemerintah. (ridwan anshori/ priyo setyawan) Sumber : |
Rabu, 03 November 2010
Zona Bahaya Merapi Diperluas hingga 15 Km
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar