Pendekatan Biologis
Para pendukung pendekatan biologis percaya bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh tidak berfungsinya tubuh secara fisik, artinya bila seorang remaja bertingkah alku tanpa bisa dikendalikan, tidak menunjukkan adanya kontak dengan realita, atau mengalami depresi yang parah, maka faktor – faktor biologis yang menjadi penyebabnya. Kini, para ilmuwanndan peneliti yng menggunakan pendekatan biologis sering kali berfokus pada proses kerja otak dan faktor – faktor genetik debagai penyebab tingkah laku abnormal.
Model media juga sering disebut dengan model penyakit, model ini merupakan pelapor dari pendekatan biologis. Model medis menyatakan bahwa abnormalitas adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai penyebab dari dalam tubuh. Dari pandangan ini, abnormalitas disebut sebagai penyakit mental, dan inidividu yang mengalaminya disebut sebagai pasien di rumah sakit dan ditangani oleh dokter.
Pendekatan Psikologis dan Sosial-Budaya
Walaupun pendekatan biologis memberikan suatu perspektif yang penting dalam memahami tingkah lakuabnormal, banyak psikolog yang percaya bahwa pendekatan biologis kurang mempertimbangkan pentingnya faktor – faktor psikologis dan sosial-budaya dalam tingkah laku abnormal. Ketidakstabilan emosional, pembelajaran yang salah, pemikiran yang kacau, dan hubungan dengan orang lainyang tidak berani, lebih menjadi perhatian pendekatan psikologis dan sosial-budaya, daripada pendekatan biologis.
Pendukung pendekatan psikologis dan sosial-budaya juga mengkritik model medis karena mereka pecaya bahwa model itu menyebabkan seseorang dicap mengalami gangguan mental. Ketika seorang remaja dicap sakit mental, ia mulai memandang dirinya sakit, dan oleh karena itu, tidak menyadari adanya tanggung jawab untuk menghadapi masalahnya (Scheff, 1966).
Kebanyakan ahli dalam tingkah laku abnormal sepakat bahwa banyak gangguan psikologis yang sifatnya universal, muncul di sebagian besar kebudayan (Al-Issa, 1982). Namun demikian, frekuensi dan intensitas tingkah laku abnormal sering kali berbeda-beda di setiap kebudayan, sosial, ekonomi, teknologi, agama, dan faktor – faktor kebudayan lainnya (Costin&Draguns, 1989).
Pendekatan Interaksionis
Normalitas atau abnormalitas tingkah laku remaja tidak dapat ditentukan tanpa memertimbangkan kompleksitas remaja dan banyaknya hal yang memperngaruhi tingkah laku. Balik pendekatan biologis maupun pendekatan psikologis dan sosial-budaya, masing – masing tidak dapat mencakup kompleksitas ini secara mandiri. Tingkah laku abnormal remaja dipengaruhi oleh faktor biologis (misalnya proses kerja otak dan keturunan), oleh faktor psikologis (misalnya ketidakstabilan emosional, pemikiran yang kacau), dan oleh faktor sosial-budaya (misalnya hubungan dengan oranglain yang tidak berarti). Ketiga faktor ini saling berinteraksi dalam memunculkan tingkah laku abnormal remaja.
Sumber :
Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.